Photobucket

Wah.... Siapa duluan ini ??!!! Melinda atau Cascada ??!!!

Wadowh !!! Wadowh!!!
kenapa lagi ini ????
Negeri kita ini bakal dinobatkan kembali menjadi negeri 'Plagiat' nih kalo gini caranya.....

Udah sering denger kan lagu yang liriknya gini :

Walau cinta kita sementara
Aku merasa bahagia

Kalau kau kecup mesra di keningku
Ku rasa bagai di Surga

Reff:
Cinta satu malam
Oh indahnya
Cinta satu malam
Buatku melayang
Walau satu malam
Akan selalu ku kenang
Dalam hidupku
Cinta satu malam
Oh indahnya
Cinta satu malam
Buatku melayang
Walau satu malam
Akan selalu ku kenang
Selama-lamanya

Sentuhanmu membuatku terlena
Aku telah terbuai mesra
Yang ku rasa hangat indahnya cinta
Hasratku kian membara


Nah !!! Udah tahu kan ini lagunya Mbak Melinda
hehehhe
Padahal, baru juga booming2-nya nie lagu, eh.... ketemu yang aslinya....
ya walaupun cuma di bagian Reffrain-nya aja yang sama ( not lyrics ).
Dengerin musiknya baik-baik ya.
Let's cekidot, Ok!!!
Download on 4shared

Kanker Serviks, Cegah dan Habisi !!!

Satu kata yang sangat ingin saya ucapkan adalah ‘menakutkan’. Setelah saya membaca berbagai macam artikel mengenai kanker serviks atau Cervical Cancer , saya langsung merasa ketakutan sekali. Bagaimana tidak ? Kanker serviks ini merupakan kanker No. 2 yang paling diwaspadai dan ditakuti oleh kaum wanita di dunia karena dapat menyebabkan kematian.

Kanker mulut rahim atau biasa kita sebut kanker serviks ini adalah kanker yang terjadi di servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Umumnya, penyakit ini di derita oleh wanita yang kisaran umurnya antara 35-55 tahun, namun tidak menutup kemungkinan bagi wanita antara umum 20-30 bisa mengalami kanker ini.

Seperti kanker pada umumnya, kanker serviks masih belum bisa dideteksi secara langsung, pastinya bisa dideteksi langsung hanya dengan mata telanjang setelah kurun waktu yang cukup lama. Memang sih… kanker serviks ini salah satu kanker yang dapat dicegah dan dapat disembuhkan, namun faktanya di wilayah Australia bagian barat saja, tercatat sebanyak 85 orang wanita didiagnosa positif terhadap kanker serviks setiap tahun. Dan pada tahun 1993 saja, 40 wanita telah tewas menjadi korban keganasan kanker ini.

Bagaimana mengetahui adanya kanker serviks??

Uuuppss…. Sayangnya gejala-gejala yang nampak hanyalah ketika kanker itu telah mencapai stadium lanjut (stadium awal belum bisa dideteksi, seperti yang saya katakan pada paragraf di atas), yaitu :

-pendarahan sesudah melakukan hubungan intim

-keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita

-pendarahan sesudah mati haid (menopause)

-pada tahap lanjut dapat akan keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau bercampur darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil

Adapun faktor-faktor resiko terkena kanker serviks :

-memulai hubungan seksual pada usia muda.

-sering bergonta-ganti pasangan seksual

-sering menderita infeksi di daerah kelamin

-melahirkan banyak anak

-kebiasaan merokok (resikonya 2x lebih besar)

-defisiensi vitamin A, C, dan E

Penyebab kanker serviks adalah adanya infeksi HPV (Human Papilloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual. Perkembangan HPV ke arah kanker serviks pada infeksi pertama tergantung dari jenisnya HPV. HPV tipe resiko rendah atau tinggi dapat menyebabkan kelainan yang disebut pra kanker. Tipe HPV yang berisiko rendah hampir tidak berisiko, tapi dapat menimbulkan genital warts (penyakit kutil kelamin). Walaupun sebagian besar infeksi HPV akan sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu 1-2 tahun karena adanya sistem kekebalan tubuh alami, namun infeksi yang menetap yang disebabkan oleh HPV tipe tinggi dapat mengarah pada kanker serviks dan dapat berkembang tanpa terkontrol dan dapat menjadi tumor.

Terdapat 100 tipe HPV yang sebagian besar sebenarnya tidak berbahaya, namun ada 2 tipe HPV yang berbahaya, yaitu HPV tipe 16 dan HPV tipe 18. Saat ini sudah terdapat vaksin yang dapat mencegah infeksi HPV khususnya HPV tipe 16 dan HPV tipe 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70 % kasus kanker serviks di Asia.

Dikemukakan di atas, bahwa kanker serviks belum dapat di kenali sebelum adanya keluhan, tetapi kita bisa memeriksakannya sedini mungkin melalui pemeriksaan skrining, yaitu pemeriksaan sebelum adanya keluhan. Metode skrining antara lain : Pap smear test dan IVA

Pap Smear Test

Pap smear test adalah suatu test yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim. Tes ini ditemukan pertama kali oleh dr. George Papanicolou, sehingga dinamakan Pap smear test.

Pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut. Perubahan sel-sel leher rahim yang terdeteksi secara dini akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel-sel tersebut dapat berkembang menjadi sel kanker.

Prosedur Pap smear test :

Pemeriksaan PAP SMEAR dilakukan di atas kursi periksa kandungan oleh dokter atau bidan yang sudah terlatih, dengan menggunakan alat yang dinamakan spekulum yang berfungsi untuk membantu membuka kelamin wanita. Ujung leher rahim diusap dengan spatula untuk mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini kemudian di oleskan ke obyek-glass dan kemudian diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikrosop. Apabila hasil pemeriksaan positif (terdapat sel-sel abnormal), harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli kandungan.

Kapankah Pap smear test dilakukan?

Usahakanlah melakukan Pap smear test ini pada waktu seminggu atau dua minggu setelah berakhirnya masa menstruasi. Jika sudah mati haid, Pap smear test dapat dilakukan kapan saja. Tetapi, jika kandung rahim dan leher rahim telah diangkat atau dioperasi (hysterectomy atau operasi pengangkatan kandung rahim dan leher rahim) maka, tidak perlu lagi melakukan Pap smear test karena sudah terbebas dari resiko menderita kanker serviks.

Pap smear test biasanya dilakukan setiap dua tahun sekali, dan lebih baik dilakukan secara teratur. Hal yang harus selalu diingat adalah tidak ada kata terlambat untuk melakukan Pap smear test. Pap smear test selalu diperlukan biarpun tidak lagi melakukan aktivitas seksual.


IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

IVA yaitu pemeriksaan leher rahim dengan cara melihat langsung leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5 %. Jika setelah pemulasan asam asetat 3-5% terjadi perubahan warna, yaitu tampak bercak putih, maka kemungkinan ada kelainan tahap pra-kanker serviks.


Dimana pemeriksaan dapat dilakukan?

Pemeriksaan Pap smear test/IVA dapat dilakukan di berbagai tempat, misalnya seperti : rumah sakit, rumah bersalin, pusat atau klinik deteksi dini kanker, praktek dokter spesialis kandungan, puskesmas, praktek dokter umum dan bidan yang memiliki peralatan Pap smear.



Pesan penulis :

" Bolehlah sekarang kita menghela nafas, namun tak ada salahnya jika kita mewaspadai kemungkinan yang terjadi, dengan memeriksakannya sesegera mungkin ke dokter, bidan, atau rumah sakit. Kesehatan itu tak ternilai harganya. Hidup sehat dimulai dari sekarang.
Kanker Serviks, CEGAH dan HABISI !!!
"


Seputar MERKURI

A. KASUS PENCEMARAN
             Salah satu fungsi dari raksa adalah sebagai bahan penambangan emas, yaitu pada saat pengolahan bijih emas. Namun pengolahan emas dengan menggunakan raksa sangat berbahaya karena dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang sangat merugikan bahkan hingga mampu menelan korban jiwa. Sebagaimana kasus pencemaran yang terjadi di Teluk Buyat pada beberapa tahun lalu. Berikut kutipan laporan dari wartawan Republika Sandhi Eko Bramono tentang merkuri dan arsen di teluk buyat;

Merkuri dan Arsen di Teluk Buyat
Republika Online

Laporan : Sandhi Eko Bramono

       Peristiwa pencemaran yang terjadi di Teluk Buyat, Sulawesi Utara, akhir- akhir ini cukup memberikan keprihatinan yang mendalam bagi bangsa Indonesia.Penyebabnya adalah pencemaran air laut akibat logamberat arsen (As) dan merkuri (Hg) yang telah melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan. PT Newmont Minahasa Raya merupakan perusahaan yang dituding sebagai biang keladi pencemaran ini, karena membuang tailing (batuan dan tanah sisa ekstraksi bijih emas) ke dasar laut di Teluk Buyat. Tak pelak lagi, tragedy Minamata yang pernah terjadi di Jepang pada era 1960-an, dapat terulang di Indonesia saat ini. Saat itu, terjadi pencemaran merkuri dalam kadar yang tinggi di Teluk Minamata, Jepang. Dampaknya, masyarakat sekitar yang mengonsumsi ikan menderita penyakit gangguan syaraf dan kanker yang terjadi setelah sekian belas tahun perusahaan batu baterai dan aki yang ada di sana beroperasi. Haruskah ini terulang di Indonesia?

Kandungan tailing
       Tailing merupakan batuan dan tanah yang tersisa dari suatu proses ekstraksi bijih logam, seperti bijih emas dan bijih tembaga. Tailing dihasilkan dalam jumlah yang luar biasa besar dari segi volume, mengingat dalam 1 ton tanah yang mengandung bijih emas, hanya terdapat 0.001 ton emas murni! Dapat dibayangkan bahwa akan tersisa 0.999 ton tanah (yang dikenal sebagai tailing) serta membutuhkan penanganan lanjut setelah kegiatan penambangan tersebut. Tailing tidak hanya berisi tanah dan batuan, namun juga mengandung unsur-unsur logam berat lainnya yang tidak ekonomis untuk diekstraksi dari kawasan pertambangan tersebut, seperti alumunium (Al), antimony (Sb), dan timah (Sn). Sesungguhnya logam-logam ini terdapat dalam jumlah yang sangat terbatas dan rendah dalam tailing. Namun volume tailing yang sangat besar, menjadikan kuantitas yang ada akan cukup besar, serta dapat memberikan dampak negatif jika dibuang tanpa pengolahan yang tepat sebelumnya. Sedangkan merkuri dan arsen berasal dari bahan kimia yang ditambahkan selama proses pengekstraksian bijih emas yang dilakukan. Senyawa arsenik digunakan sebagai bahan tambahan untuk mengikat emas dengan lebih baik (senyawa amalgam) dalam kadar yang lebih tinggi. Namun setelah emas terikat pada arsen, dilakukan proses pemanggangan (roasting) bijih emas yang telah terikat arsen tersebut. Saat proses pemanggangan, arsen akan terlepas sebagai gas dan terjadi reduksi konsentrasi arsen dalam bijih tersebut. Proses pengolahan gas buang hasil pemanggangan dilakukan dengan penyemprotan (scrubbing) pada alat pengendali pencemaran udara wet scrubber. Air yang berperan sebagai scrubber dalam proses tadi masih membutukan penanganan lebih lanjut sebelum dibuang ke laut bersama sisa tailing yang ada. Senyawa merkuri juga digunakan sebagai senyawa amalgam untuk emas (membantu pengikatan emas) dalam tailing yang akan diekstraksi. Tailing yang mengandung bijih emas akan terikat bersama merkuri. Untuk mengurangi kadar merkuri pada pengolahan tailing tersebut, umumnya dilakukan pemerasan dengan menggunakan fabric filter. Merkuri sisa perasan yang tersisa dalam bentuk cair tersebut, juga harus diolah lebih lanjut. Kandungan merkuri dan arsen yang terdapat dalam tailing itu sendiri juga harus diperhatikan, mengingat recovery percentage dari arsen maupun merkuri tidak akan pernah mencapai 100 persen.

Pembuangan ke dasar laut
       Teknologi pembuangan ke dasar laut sudah sejak lama ditinggalkan di beberapa negara maju, termasuk di Amerika Serikat. Fenomena transpor dan transformasi dari berbagai jenis logam yang terkandung di dalam tailing, cukup sulit untuk diprediksi dan dimodelkan dalam simulasi komputer. Hal ini lebih disebabkan oleh keberagaman jenis logam yang ada di dalam kandungan tailing, serta parameter fisika-kimia-mikrobiologi air laut yang cukup beragam dan bersifat stokastik. Meskipun pembuangan dilakukan pada kedalaman hingga ratusan meter dan beberapa puluh kilometer dari bibir pantai, dampak yang ditimbulkan dapat memberikan efek negatif pada biota laut, yang akan menimbulkan dampak buruk pula bagi manusia dan kesehatannya. Hal inilah yang menjadi dasar pertimbangan, pembuangan ke dasar laut sudah ditinggalkan oleh negara-negara maju saat ini. Sebelum tailing dibuang ke dasar laut, parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi air laut mutlak untuk dipertimbangkan. Namun, pembuangan ke laut bukan berarti tidak terdapat suatu pengolahan pendahuluan untuk tailing. Tailing harus diolah hingga suatu tingkat yang aman dibuang ke laut sebagai lokasi pembuangan akhir. Oleh karenanya, konsep dalam pembuangan tailing ke dasar laut adalah melakukan pengolahan pendahuluan (pretreatment) dengan tujuan untuk meminimasi dan imobilisasi logam-logam berat yang terkandung dalam tailing. Dengan hal ini, sangat diharapkan terjadi minimasi dari pelarutan kembali logam-logam berat yang sebelumnya telah terimobilisasi dalam tailing. Karakteristik fisika, kimia, dan mikrobiologi air laut Karakteristik fisika mencakup kecepatan arus, arah arus, dan temperatur air laut. Faktor-faktor ini akan memberikan gambaran mengenai arah persebaran dan konsentrasi dari logam-logam yang terkandung dalam air laut dalam kurun waktu setelah pembuangan tailing ke laut. Simulasi dengan komputer harus dilakukan, untuk mempertegas bahwa logam-logam berat yang terkandung dalam tailing akan tersebar di air laut pada radius yang terbatas dan dalam konsentrasi yang kecil. Karakteristik kimia mencakup pengaruh pH, salinitas, kekuatan ionik,asiditas, alkalinitas, serta kompleksasi logam-logam berat oleh air laut, harus menjadi suatu bahan pertimbangan. Dalam hal ini, dibutuhkan suatu pemahaman mengenai proses kimia dalam air laut itu sendiri terhadap tailing, yang harus mampu meminimasi tingkat solubilitas (kelarutan) logam-logam berat pada tailing di air laut. Interaksi berbagai senyawa di air laut, yang didukung oleh kondisi dan karakteristik kimia air laut yang ada, akan menentukan kondisi logam-logam berat yang ada. Sangat diharapkan terjadi imobilisasi
dari logam-logam berat tersebut, sehingga disperse (persebaran) logam-logam berat dapat direduksi. Harus disimulasikan pula mengenai peluang terjadinya mobilisasi logam-logam berat setelah sebelumnya terimobilisasi. Sedangkan karakteristik mikrobiologi yang harus dipertimbangkan adalah adanya keberagaman mikroorganisme air laut yang dapat mempengaruhi mobilitas logam-logam berat yang ada dalam tailing. Beberapa jenis mikroorganisme mampu menghasilkan kondisi yang dapat melarutkan logam-logam berat. Dalam hal ini, akan terjadi persebaran logam – logam berat yang sebelumnya telah terimobilisasi.

Dampak lingkungan yang terjadi
       Merkuri dan arsen akan terikat dan terakumulasi di dalam jaringan lem(liphophylic) biota-biota laut. Pelarutan logam-logam berat dalam tailing yang merupakan bentuk imobilisasi dari logam-logam tersebut, akan mudah terikat dalam jaringan biota laut, khususnya biota laut yang tinggal di dasar laut (benthos), seperti kerang, kepiting, dan udang. Biota-biota ini menghisap air laut dalam jumlah yang cukup tinggi untuk kemudian dilepaskan kembali sebagai cara untuk memperoleh makanannya. Kandungan arsen dan merkuri terlarut dalam air laut, akan memberikan akumulasi arsen dan merkuri pada jaringan tubuh biota-biota tersebut. Sedangkan ikan yang tidak tinggal di dasar laut juga akan mengalami akumulasi arsen dan merkuri dalam tubuhnya, meskipun tidak akan setinggi kadar dalam kerang, kepiting, dan udang. Kadar logam berat yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kematian mendadak pada biota-biota laut ini. Setelah terjadi tahapan ini, masyarakat harus diberitakan untuk tidak mengonsumsi biota-biota laut ini, yang akan memindahkan logam-logam berat yang beracun ini kepada manusia yang mengonsumsinya. Gejala keracunan awal yang dapat teramati pada manusia, adalah rasa gatal dan ruam-ruam pada bagian tubuh yang terkena air laut yang terkontaminasi oleh logam berat. Sedangkan dampak jangka pendek dari mengonsumsi biota laut yang tercemar logam berat, adalah gangguan berupa muntah-muntah dan mual. Dampak jangka panjangnya berupa gangguan sistem syaraf, penyakit kanker, dan gangguan reproduksi pada wanita. Hal ini sudah dialami oleh ratusan penduduk Jepang yang tinggal di sekitar Teluk Minamata pada tahun 1960-an. Jadi, apakah PT Newmont Minahasa Raya telah melakukan pengolahan pendahuluan untuk tailing dengan benar? Apakah karakteristik fisika, kimia, dan mikrobiologi air laut telah dipertimbangkan saat memutuskan untuk pembuangan ke dasar laut? Apakah kandungan logam-logam berat pada biota laut sudah diperiksa? Semoga saja ini semua segera mendapat penangan yang serius dari pemerintah, sehingga kasus yang sangat merugikan kesehatan masyarakat dan lingkungan akibat kegiatan penambangan semacam ini, dapat lebih mudah diidentifikasi, dapat dicegah secara dini, serta tidak akan terulang lagi. Semoga!

Anggota Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik
Lingkungan Indonesia (IATPI)
Mahasiswa Pascasarjana Master of Environmental
Engineering Science, UNSW, Australia


B. SUMBER PENCEMARAN
             Logam berat secara alamiah terdapat dalam air laut namun dalam jumlah yang sangat rendah. Kandungan ini dapat meningkat bila limbah perkotaan, pertambangan, pertanian dan perindustrian yang banyak mengandung logam berat masuk ke lingkungan. Dari jenis-jenis limbah ini, umumnya yang banyak mengandung logam berat adalah limbah industri. Hal ini disebabkan kerena senyawa senyawa atau unsur logam berat banyak dimanfaatkan dalam industri, baik sebagai bahan baku, katalisator maupun sebagai bahan tambahan. Secara umum sumber-sumber pencemaran logam berat adalah sebagai berikut:

  

Gambar 1.4 Sumber pencemaran logam berat ke manusia

Jika melihat gambar diatas maka manusia sangat rentan untuk tercemar logam berat karena hampir sebagian aktivitas manusia menghasilkan logam berat. Risiko akibat kegiatan manusia kini menjadi semakin tinggi karena jumlah penduduk meningkat, gaya hidup berubah, dan kerusakan/pencemaran lingkungan meningkat.
Industri memang berperan penting dalam proses pencemaran lingkungan terutama yang berwujud logam berat, secara ringkas pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah industri dapat dijelaskan oleh gambar berikut ini:




                                                       Gambar 1.5. Proses produksi industri

Limbah potensial dihasilkan pada tahapan bahan baku, proses pengolahan dan produk (termasuk transportasi dan penggunaan).Tingkat pencemaran limbah (tinggi atau rendah) didasarkan atas kualitas dan kuantitas pencemaran yang ditimbulkan.Limbah pencemaran rendah dapat langsung dibuang ke lingkungan, limbah jenis ini akan diencerkan atau didegradasi oleh lingkungan (homeostasis).Limbah pencemaran tinggi harus melalui proses mbapengolahan sebelum dibuang ke lingkungan.

Secara sederhana proses masuknya limbah logam berat terutama merkuri ini adalah seperti yang digambarkan pada gambar disamping ini, dapat dipahami bahwa bila perairan telah tercemar dengan logam berat terutama merkuri akan mampu mencemari pula tumbuhan dan hewan-hewan dalam perairan tersebut dan akan mampu terakumulasi melalui proses rantai makanan. Contohnya ketika di dalam tubuh ikan kadarnya 6 ppm, di dalam tubuh burung pemakan ikan kadarnya naik menjadi 100 ppm dan akan meningkat terus sampai konsumen puncak. 

C. ANALISIS LOGAM Hg (MERKURI)

             Untuk mengetahui bahwa suatu daerah tercemar dengan merkuri atau tidak dapat dilakukan beberapa metode dibawah ini.

• Pengukuran Konsentrasi Merkuri (Hg) dengan spektrofotometer (AAS)

             Pengukuran konsentrasi merkuri dilakukan secara kurva kalibrasi dengan mengukur absorban dari larutan standar dan larutan sampel.Absorban diamati dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 253,7 nm tanpa nyala (flameless) untuk merkuri (Hg) yang dilengkapi grafit furnace dan hybrid vapour generator, hal ini dikarenakan logam ini mudah menguap.

• metode "anodic stripping voltammetry". 

             Sebagai elektrode kerja digunakan elektrode "rotating disc electrode/RDE-Au" dan sebagai elektrolit pendukung digunakan campuran larutan natrium klorida dan dinatrium etilendiamintetraasetat. Senyawa organik dalam sampel didestruksi dengan menggunakan campuran asam nitrat dan asam sulfat (1:2) dan dipanaskan pada suhu 60°C selama 4 jam, diikuti dengan radiasi dengan lampu raksa ultraviolet selama 2 jam. Setelah sampel dideaerasi selama 3 menit, dilakukan deposisi pada 370 mV selama 3 menit. Selusur potensial dilakukan pada rentang potensial 500 - 800 mV dengan laju selusur 40 mV/detik. Puncak arus difusi untuk raksa terletak pada potensia1683 mV dengan batas deteksi dan batas kuantisasi masing-masing sebesar 1,04 bpm dan 3,48 bpm.

D. DAMPAK
             Ada tiga bentuk merkuri yang sangat berbahaya jika masuk ke tubuh manusia, yaitu logam merkuri, senyawa merkuri anorganik, senyawa merkuri organik. 

• Logam merkuri

             Uap merkuri sangat berbahaya karena sangat beracun. Meskipun tekanan uap merkuri kecil dengan cepat uap merkuri meninggalkan permukaan merkuri yang terbuka. Uap merkuri yang terhirup segera masuk ke dalam darah. Jika sampai ke otak, akan merusak jaringan otak. 

• Senyawa Merkuri Anorganik

             Hanya sernyawa merkuri yang melarut dapat menyebabkan keracunan. Merkuri (II) oksida berwarna kuning yang tidak melarut, sejak dahulu digunakan sebagai salah satu komponen salep mata. Sebaliknya merkuri (II) nitrat yang melarut digunakan pada manufaktur topi. Ditemukan banyak karyawan pabrik, menderita penyakit. Gigi menjadi ompong, badan gemetar dan menderita penyakit jiwa. Oleh karena itu ada pribahasa “gila seperti tukang topi” (mad as hatter). Merkuri anorganik cenderung berakumulasi di hati dan di ginjal. Dalam jumlah yang sedikit, mungkin tidak berbahaya karena dapat keluar bersama urine, namun dalam jumlah banyak akan sangat berbahaya. 

• Senyawa Merkuri Organik.

             Ada dua macam senyawa merkuri organik yaitu dialkil seperti dimetil merkuri (CH-3)2, dan monoalkil seperti, (CH3)HgX, dengan X adalah halogen atau gugus nitrat. Senyawa ini dapat menumpuk di jaringan otak sehingga merusak otak. Merkuri masuk ke udara sebagai hasil pemanasan zat yang mengandung merkuri. Diperkirakan bahwa merkuri sebanyak 300 ton per tahun masuk ke udara karena pembakaran batu bara. Merkuri masuk ke lingkungan air oleh proses alamiah pelapukan. Namun dipercepat oleh manusia melalui limbah industri. Sumber utamanya adalah pabrik klor soda kaustik. Sumber lain ialah fungisida-merkuri untuk membasmi fungi pada penyimpanan gandum. Fungisida ini adalah alkil merkuri yang sangat berbahaya. Di dasar sungai yang berlumpur atau teluk, bakteri dapat mengubah merkuri anorganik menjadi metil merkuri yang beracun. Karang-karang dapat menimbun merkuri 105 kali lebih besar dari konsentrasi merkuri di air sekelilingnya. 
Di dalam tubuh manusia merkuri dapat mengganggu enzim. Merkuri bereaksi dengan thio-Sh dalam protein enzim sehingga menghentikan reaksi kimia penting. Banyak dampak yang dapat ditimbulkan oleh merkuri, yaitu antara lain :
1. ketidaksuburan pada wanita maupun pria dan kecacatan bayi
2. menyebabkan kanker
3. peradangan dan gangguan saluran pernafasan
4. gangguan saraf (tegang dan panas pada beberapa bagian tubuh)
5. merusak bagian tubuh dalam (ginjal)
6. pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangan
daya ingat. 
7. Pemaparan dalam waktu singkat pada kadar merkuri yang tinggi dapat
mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-muntah, peningkatan tekanan darah atau
denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata.
             Anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa terhadap merkuri. Merkuri di ibu yang 
mengandung dapat mengalir ke janin yang sedang dikandungnya dan terakumulasi di sana. Juga dapat mengalir ke anak lewat susu ibu. Akibatnya,pada anak dapat berupa kerusakan otak, retardasi mental, buta, dan bisu.
Dampak merkuri bagi lingkungan, antara lain:
1. Mengurangi jumlah klorofil pada tanaman
2. Mengurangi pertumbuhan tanaman
3. Merusak pertumbuhan akar dan fungsinya
4. Merusak daun dan menurunkan produksi 
5. Mematikan tanaman 
6. Merusak siklus dan rantai makanan
7. Berperan mempercepat punahnya berbagai macam makluk hidup

E. PENCEGAHAN 
             Berbagai metode sudah banyak yang ditemukan untuk melakukan pencegahan pencemaran logam merkuri, salah satu metode yang sangat murah dan efisein adalah fitoremidiasi. Fitoremidiasi yaitu tekhnologi pencegahan pencemaran polutan berbahaya seperti logam berat, senyawa organik dan lain lain dalam tanah atau air dengan menggunakan bantuan tanaman (hiperkomulator plant). Proses fitoremediasi yaitu: 
1. Phytoacumulation : tumbuhan menarik zat kontaminan sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan
2. Rhizofiltration : proses adsorpsi / pengendapan zat kontaminan oleh akar untuk menempel pada akar. 
3. Phytostabilization : penempelan zat-zat contaminan tertentu pada akar yang tidak mungkin terserap kedalam batang tumbuhan
4. Rhyzodegradetion : penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas microba
5. Phytodegradation : penguraian zat kontamin 
6. Phytovolatization : transpirasi zat contaminan oleh tumbuhan dalam bentuk yang telah menjadi larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya 

Fitoremediasi logam hg dapat menggunakan tumbuhan

 













     Pteris vittata             Liriodendron tulipifera            Nicotiana tabacum

             Limbah atau bahan buangan yang dihasilkan dari semua aktifitas kehidupan manusia, baik dari setiap rumah tangga, kegiatan pertanian, industri serta pertambangan tidak bisa kita hindari. Namun kita masih bisa mencegah atau paling tidak mengurangi dampak dari limbah tersebut, agar tidak merusak lingkungan yang pada akhirnya juga akan merugikan manusia. 
Untuk mencegah atau paling tidak mengurangi segala akibat yang ditimbulkan oleh limbah berbahaya dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut; setiap rumah tangga sebaiknya menggunakan deterjen secukupnya dan memilah sampah organik dari sampah anorganik. Sampah organik bisa dijadikan kompos, sedangkan sampah anorganik bisa didaur ulang. Pemerintah bekerjasama dengan World Bank, pada saat ini tengah mempersiapkan pemberian insentif berupa subsidi bagi masyarakat yang melakukan pengomposan sampah kota. 

Beberapa manfaat pengomposan sampah antara lain :

• Mengurangi sampah di sumbernya 
• Mengurangi beban volume di TPA 
• Mengurangi biaya pengelolaan 
• Menciptakan peluang kerja 
• Memperbaiki kondisi lingkungan 
• Mengurangi emisi gas rumah kaca 

Penggunaan pupuk dan pestisida secukupnya atau memilih pupuk dan pestisida yang mengandung bahan-bahan yang lebih cepat terurai, yang tidak terakumulasi pada rantai  makanan, juga dapat mengurangi dampak pencemaran air. 

             Setiap pabrik / kegiatan industri sebaiknya memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), untuk mengolah limbah yang dihasilkannya sebelum dibuang ke lingkungan sekitar. Dengan demikian diharapkan dapat meminimalisasi limbah yang dihasilkan atau mengubahnya menjadi limbah yang lebih ramah lingkungan. Mengurangi penggunaan bahan-bahan berbahaya dalam kegiatan pertambangan atau menggantinya dengan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan. Atau diharuskan membangun instalasi pengolahan air limbah pertambangan, sehingga limbah bisa diolah terlebih dahulu menjadi limbah yang lebih ramah lingkungan, sebelum dibuang keluar daerah pertambangan.

F. PENANGGULANGAN 
             Penanggulangan logam Hg dapat digunakankpenetralan logam berat yang aktif menjadi senyawa yang kurang aktif dengan menambahkan senyawa-senyawa tertentu, kemudian dilepas ke lingkungan perairan, namun pembuangan logam berat non-aktif juga menjadi masalah karena dapat dengan mudah mengalami degradasi oleh lingkungan menjadi senyawa yang dapat mencemari lingkungan. Cara lain adalah pengerukan sedimen yang terkontaminasi, reverse osmosis, elektrodialisis, ultrafiltrasi dan resin penukar ion.
           Reverse osmosis adalah proses pemisahan logam berat oleh membran semipermeabel dengan menggunakan perbedaan tekanan luar dengan tekanan osmotik dari limbah, kerugian sistem ini adalah biaya yang mahal sehingga sulit terjangkau oleh industri di Indonesia. Teknik elektrodialisis menggunakan membran ion selektif permeabel berdasarkan perbedaan potensial antara 2 elektroda yang menyebabkan perpindahan kation dan anion, juga menimbulkan kerugian yakni terbentuknya senyawa logam-hidroksi yang menutupi membran, sedangkan melalui ultrafiltrasi yaitu penyaringan dengan tekanan tinggi melalui membran berpori, juga merugikan karena menimbulkan banyak sludge (lumpur). Resin penukar ion berprinsip pada gaya elektrostatik di mana ion yang terdapat pada resin ditukar oleh ion logam dari limbah, kerugian metode ini adalah biaya yang besar dan menimbulkan ion yang ter-remove sebagian.  
Menilik pada berbagai kelemahan metode di atas, maka dewasa ini para peneliti sedang menggalakkan pencarian metode alternatif lain. Salah satunya adalah pengunaan mikroorganisme untuk mengabsorpsi logam berat atau biasa disebut dengan bioremoval. Keuntungan penggunaan mikroorganisme sebagai bioremoval menurut Kratochvil dan Voleski (1998) adalah biaya yang rendah, efisiensi yang tinggi, biosorbennya dapat diregenerasi, tidak perlu nutrisi tambahan, kemampuannya dalam me-recovery logam dan sludge yang dihasilkan sangat minim. Dilihat dari keuntungannya itu, maka bioremoval lebih efektif dibanding dengan pertukaran ion dan reverse osmosis dalam kaitannya dengan sensitifitas kehadiran padatan terlarut (suspended solid).
             Istilah bioabsorpsi tidak dapat dilepaskan dari istilah bioremoval karena bioabsorpsi merupakan bagian dari bioremoval. Bioremoval dapat diartikan sebagai terkonsentrasi dan terakumulasinya bahan penyebab polusi atau polutan dalam suatu perairan oleh material biologi, material biologi tersebut dapat me-recovery polutan sehingga dapat dibuang dan ramah terhadap lingkungan. Sedangkan berdasarkan kemampuannya untuk membentuk ikatan antara logam berat dengan mikroorganisme maka bioabsorpsi merupakan kemampuan material biologi untuk mengakumulasikan logam berat melalui media metabolisme atau jalur psiko-kimia. Proses bioabsorpsi ini dapat terjadi karena adanya material biologi yang disebut biosorben dan adanya larutan yang mengandung logam berat (dengan afinitas yang tinggi) sehingga mudah terikat pada biosorben. Jenis mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bioabsorpsi Hg terutama adalah (Pseudomonas syring).
             Sebagian besar mekanisme pembersihan logam berat oleh mikrooganisme adalah proses pertukaran ion yang mirip pertukaran ion pada resin. Mekanisme pertukaran ion ini dapat dirumuskan sebagai:

                                            A2+ + (B-biomassa) -> B2+ + (A-biomassa)

Mekanisme ini dapat dibagi atas 3 cara yakni berdasarkan metabolisme sel (dibagi atas; proses yang bergantung pada metabolisme dan proses yang tidak bergantung pada metabolisme sel). 
Sedangkan jika berdasarkan posisi logam berat di-remove, dapat dibagi atas; akumulasi ekstraseluler (presipitasi), akumulasi intraseluler dan penyerapan oleh permukaan sel. Dan untuk mekanisme yang terakhir adalah berdasarkan cara pengambilan (absorbsi) logam berat.

Cara pengambilan (absorbsi) logam berat dapat dibagi dua yakni :
1. Passive uptake. 
             Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada dinding sel biosorben. Mekanisme passive uptake dapat dilakukan dengan dua cara, pertama dengan cara pertukaran ion di mana ion pada dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat; dan kedua adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus fungsional seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi, fosfat, dan hidroksi-karboksil secara bolak balik dan cepat. Sebagai contoh adalah pada Sargassum sp. dan Eklonia sp. di mana Cr(6) mengalami reaksi reduksi pada pH rendah menjadi Cr(3) dan Cr(3) di-remove melalui proses pertukaran kation.


 
                      Gambar.1.6. Proses pasisive uptake Cr pada permukaan membran sel
                                                         Sumber : Cossich., et.al (2002)

2. Aktif uptake. 
             Mekanisme masuknya logam berat melewati membran sel sama dengan proses masuknya logam esensial melalui sistem transpor membran, hal ini disebabkan adanya kemiripan sifat antara logam berat dengan logam esensial dalam hal sifat fisika-kimia secara keseluruhan. Proses aktif uptake pada mikroorganisme dapat terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan dan akumulasi intraselular ion logam.
Menghitung Jumlah Logam berat yang Teradsorpsi
Untuk mengetahui jumlah logam berat yang mengalami proses bioabsorpsi oleh mikroorganisme dapat dihitung dengan pendekatan konstanta Langmuir yaitu :
Q = miligram logam yang diakumulasi per gram
Ceq = besar konsentrasi logam pada larutan
Qmax = maksimum serapan spesifik dari biosorben
b = rasio bioabsorpsi
Perhitungan di atas berlaku pada pH konstan dan untuk bioabsorpsi 1 jenis logam saja. 

G. ANALISIS (Control of Polutan)
             Dunia industri berperan besar dalam mengakibatkan pencemaran lingkungan terutama yang diakibatkan oleh logam berat. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi bahaya pencemaran ini, namun proses biaya yang sangat mahal membuat para pelaku industri berpikir seribu kali untuk menerapakannya. Sehingga sebagian industri lebih memilih membuang limbahnya kelingkungan sekitarnya. Hal inilah yang mendorong penulis untuk menawarkan salah satu solusi yang murah dan sangat efisien, yaitu penanggulangan logam berat dengan mikrooranisme atau mikroba (dalam istilah Biologi dikenal dengan bioakumulasi, atau bioremediasi).
             Beberapa hasil studi melaporkan, penggunaan mikroorganisme untuk menangani pencemaran logam berat lebih efektif dibandingkan dengan ion exchange dan reverse osmosis dalam kaitannya dengan sensitivitas kehadiran padatan terlarut (suspended solid), zat organik dan logam berat lainnya. Serta, lebih baik dari proses pengendapan (presipitation) kalau dikaitkan dengan kemampuan menstimulasikan perubahan pH dan konsentrasi logam beratnya. Dengan kata lain, penanganan logam berat dengan mikroorganisme relatif mudah dilakukan, murah dan cenderung tidak berbahaya bagi lingkungan.
             Sianobakteria merupakan organisme selular yang termasuk kelompok mikroalga atau ganggang mikro. Di alam, organisme ini tersebar luas baik di perairan tawar maupun lautan. Sampai saat ini diketahui sekitar 2.000 jenis sianobakteria tersebar di berbagai habitat. Berdasarkan penelitian terbaru, sianobakteria merupakan salah satu organisme yang diketahui mampu mengakumulasi (menyerap) logam berat tertentu seperti Hg, Cd dan Pb. Suhendrayatna (2001) dalam makalahnya, menjelaskan lebih rinci tentang proses penyerapan ion logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme secara umum. Umumnya, penyerapan ion logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme terdiri atas dua mekanisme yang melibatkan proses active uptake (biosorpsi) dan passive uptake (bioakumulasi).
             Proses active uptake dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini secara simultan terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan sianobakteria, dan atau akumulasi intraselular ion logam tersebut. Logam berat dapat juga diendapkan pada proses metabolisme dan ekresi sel pada tingkat kedua. Proses ini tergantung dari energi yang terkandung dan sensitivitasnya terhadap parameter yang berbeda seperti pH, suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya dan lainnya.
             Namun demikian, proses ini dapat pula dihambat oleh suhu rendah, tidak tersedianya sumber energi dan penghambat metabolisme sel. Peristiwa ini seperti ditunjukkan oleh akumulasi kadmium pada dinding sel Ankistrodesmus dan Chlorella vulgaris yang mencapai sekitar 80 derajat dari total akumulasinya di dalam sel, sedangkan arsenik yang berikatan dengan dinding sel Chlorella vulgaris rata-rata 26 persen.
Suhendrayatna (2001) menambahkan, untuk mendesain suatu proses pengolahan limbah yang mengandung ion logam berat dengan melibatkan sianobakteria relatif mudah dilakukan. Proses pertama, sianobakteria pilihan dimasukkan, ditumbuhkan dan selanjutnya dikontakkan dengan air yang tercemar ion logam berat tersebut. Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang ditujukan agar sianobakteria berinteraksi dengan ion logam berat, selanjutnya biomassa sianobakteria ini dipisahkan dari cairan. Proses terakhir, biomassa sianobakteria yang terikat dengan ion logam berat diregenerasi untuk digunakan kembali atau kemudian dibuang ke lingkungan.
             Pemanfaatan sianobakteria untuk menanggulangi pencemaran logam berat merupakan hal yang sangat menarik dilakukan, baik oleh masyarakat, pemerintah maupun industri. Karena, sianobakteria merupakan organisme selular yang mudah dijumpai, mempunyai spektrum habitat sangat luas, dapat tumbuh dengan cepat dan tidak membutuhkan persyaratan tertentu untuk hidup, mudah dibudidayakan dalam sistem akuakultur. Pada akhirnya dengan memanfaatkan sianobakteria dalam system pembuangan limbah industri diharapkan dapat mengurangi dampak negatif pencemaran logam berat terutama merkuri.




Bahan Explosive

A. DEFINISI
Bahan peledak yang dimaksudkan adalah bahan peledak kimia, yang didefinisikan sebagai suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat , cair, atau campurannya yang apabila diberi aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau campuran seluruhnya berbentuk gas yang disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil. Panas yang dihasilkan dari reaksi peledakan tersebut sekitar 4000 derajat celcius. Adapun tekanannya, menurut Langerfos dan Kihlstrom (1978), bisa mencapai lebih dari 100.000 atm. Sedangkan, energi per satuan waktu yang ditimbulkan sekitar 25.000 MW atau 5.950.000 kkal/s. Energi yang sedemikian besar itu bukan merefleksikan jumlah energi yang memang tersimpan di dalam bahan peledak begitu besar,namun kondisi ini terjadi akibat reaksi peledakan yang sangat cepat, yaitu berkisar antara 2.500-7.500 m/s.
B. KLASIFIKASI BAHAN PELEDAK
Bahan kimia yang biasa dipergunakan sebagai bahan peledak sangat banyak jenisnya. Pengelompokkan bahan-bahan peledak ini juga dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya berdasarkan komposisi senyawa kimia, kegunaannya dan lingkungan penggunaannya.
1. Berdasarkan komposisi senyawa kimia
 
Pengelompokkan bahan peledak secara ilmiah berdasarkan komposisi senyawa kimia dibagi atas bahan peledak senyawa murni (tunggal) dan bahan peledak campuran.
a. Bahan Peledak Senyawa Murni (Tunggal)
Dikelompokkan atas dua kelompok, yaitu bahan peledak murni (Primary Explosive) dan bahan peledak kuat (High Explosive)
- Bahan peledak murni (Primary Explosive)
Yang termasuk di dalamnya adalah : merkuri, fulminate, timbal azida, Sianurat triazia (CTA), Diazonitrofenol (DDNP), tetrasen, heksametilendiamin Peroksida (HMTD)
- Bahan peledak kuat ( High Explosive)
Trinitrotoluen (TNT), dinitrobenzene, dinitrotoluen (DNT), dinitrofenol, ammonium pitrat, trinitro-m-xylen (TMX), trinitroanisol (TNA), etilen gloikol dinitrat (EGDN), nitroselulosa (NG), nitrogliserin (NG), ammonium nitrat, dipentaaeritritol (Dipen), dan lain-lain.
b. Bahan Peledak Campuran
Bahan peledak jenis ini banyak digunakan karena memiliki banyak keunggulan daripada bahan peledak tunggal. Bahan peledak campuran ini dikelompokkan atas bahan peledak kuat (High Explosive) dan bahan peledak lemah (Low Explosive. - Bahan peledak kuat (High Explosive) Bahan peledak jenis ini memiliki kecepatan denotasi antara 1.000-8.500 m/s. Bahanpeledak kuat berupa campuran yang sering digunakan baik dalam bidang militer maupun sipil dengan tujuan sebagai penghancur. Yang tergolong bahan peledak kuat adalah : amatol, ammano, amonium nitrat fuel oil (ANFO), siklotol, dinamit, oktol, pentolik, pikratol, bomplastik.
- Bahan peledak lemah (Lom Explosive) Bahan peledak lemah bukan merupakan bahan ledak yang penghancur, tetapi digunakan sebagai bahan isian pendorong pada amunisi, bahan pendorong ini dikenal juga dengan nama Propelan. Bahan peledak jenis ini memiliki kecepatan detonasi antara 400-800 m/s. Ynag tergolong bahan peledak jenis ini adalah : bubuk hitam (black powder), bubuk tak berasap (smokeless powder), bahan pendorong roket, dan bahan pendorong cair.
2. Berdasarkan kegunaan
Berdasarkan kegunaannya, dibedakan menjadi 5 golongan, yaitu:
a. Bahan peledak “Blasting”, yaitu bahan peledak yang digunakan untuk pertambangan b. Bahan peledakk “Catridge”, digunakan sebagai pembentuk metal projectile yang berkemampuan tembus atau potong
c. Bahan peledak “Propellant”, digunakan sebagai pembentuk gas pendorong dalam peluru senjata atau motor roket d. Bahan peledak “Fuse”, bahan peledak yang dipergunakan sebagai pembentuk panas, gas, warna dan sebagainya e. Bahan peledak “Pyrotechnic”, bahan peledak yang digunakan sebagai pemula suatu rangkaian proses peledakan
3. Berdasarkan lingkungan penggunaan
a. Bahan peledak militer
b. Bahan peledak komersial
C. REAKSI dan PRODUK PELEDAKAN
Peledakan akan memberikan hasil yang berbeda dari yang diharapkan karena tergantung pada kondisi eksternal saat pekerjaan tersebut dilakukan. Panas merupakan awal terjadinya proses dekompisisi bahan kimia pembentuk bahan peledak yang menimbulkan pembakaran. Proses dekomposisi bahan peledak diuraikan sebagai berikut :
1. Pembakaran
Pembakaran adalah reaksi permukaan yang eksotermis dan dijaga keberlangsungannya oleh panas yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri dan produknya berupa pelepasan gas-gas.
2. Deflagrasi
Merupakan proses kimia eksotermis dimana transmisi dari reaksi dekomposisi didasarkan pada konduktivitas termal (panas). Contoh pada peledakan low explosive, sebagai berikut :
- Natrium nitrat + Charcoal + belerang
  20 NaNO3(s) + 30 C(s) + 10 S(s) -> 6 NO2CO3(s) + Na2SO4(aq) + 3 Na2S(aq) + 14 CO2(g) + 10 CO(g) + 10 N2(g)

3. Ledakan
         Menurut Berthlot, ledakan adalah ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi bervolume besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan efek mekanis yang merusak.
 4. Detonasi
Detonasi adalah proses kimia – fisika yang mempunyai kecepatan reaksi sangat tinggi, sehingga menghasilkan gas dan temperatur yang sangat tinggi kecepatan reaksi yang sangat tinggi tersebut menyebarkan tekanan pas ke seluruh zona peledakan dalam bentuk gelombang tekan kejut dan proses ini berlangsung terus-menerus untuk membebaskan energi hingga berakhir dengan ekspansi hasil reaksinya. Contoh proses detonasi terjadi pada jenis bahan peledakan, antara lain : 
- TNT (Trinitrotoluen)
  C7H5N3O6(s) -> 1,75 CO2(g) + 2,5 H2O(l) + 1,5 N2(g) + 5,25 C(s) 

- ANFO
  3 NH4NO3(s) + CH2 -> CO2(g) + 7 H2O(l) + 3 N2(g)
- NG (Nitrogliserin)
   C3H5N3O9(s) -> 3 CO2(g) + 2,5 H2O(l) + 1,5 N2(g) + 0,25 O2(g)








  



APAKAH BUMI KITA KELELAHAN???

Banyak fakta telah mengatakan demikian, namun banyak manusia yang tidak mau mengerti akan hal ini. Banyak yang tidak sadar bahwa bumi kita ini telah kelelahan. Ibarat orang yang berlomba lari, bumi kita ini telah hampir mencapai garis finishnya. Dimana cuaca semakin tidak menentu. Sekarang orang boleh mengatakan bahwa bumi sedang mengalami krisis kepercayaan diri, artinya tidak percaya diri dengan musim yang seharusnya jatuh sesuai dengan ketentuan bulannya. Misalnya saja, di daerah Las Vegas, Nevada, telah turun salju pada tanggal 17 Desember 2008 dan dapat kita ketahui bahwa Las Vegas merupakan daerah gurun pasir.

Fakta yang dapat diungkapakan, pada tahun 2007 adalah dengan ditemukannya suatu daerah yang telah memecahkan rekor suhu tertinggi akibat adanya perubahan gelombang panas yang semakin sering terjadi yang diakibatkan adanya pemanasan global, yaitu St. George, Utah. Suhunya mencapai 48 Celcius. Hal ini dapat dibandingkan dengan suhu kota Surabaya yang suhu rata-ratanya berkisar di antara 30-37 Celcius. Kemudian pada posisi ke dua, diduduki oeh Las Vegas dan Nevada dengan suhu 47 Celcius. Dan untuk posisi seterusnya telah diduduki oleh beberapa kota di Amerika Serikat dengan suhu rata-rata >40 Celcius. Bisa dibayangkan??? Mungkin akal dan pikiran kita tidak dapat membayangkan hal tersebut, namun fakta mengatakan demikian. Siap tidak siap, bumi kita telah lelah mengontrol dirinya sendiri.

Lalu apa yang bisa kita lakukan??? Masih bisakah kita membantu bumi kita bernapas?? Apakah terlambat???

Tidak ada kata terlambat jika hal itu ditujukan untuk suatu perubahan yang lebih baik. Kita masih mampu atau dengan kata lain membenahi bumi kita ini. Salah satunya dengan mengurangi konsumsi daging yang hampir setiap hari kita konsumsi. Ternyata, dengan pengurangan konsumsi daging menjadi 1 Kg per minggu itu sama dengan kita dapat menyalakan lampu dengan daya 100 watt selama 20 hari dan dapat melakukan perjalanan sejauh 250 Km dengan menggunakan mobil buatan Eropa. Hal ini, cukup efektif untuk dilakukan. Lagipula , PBB telah mencatat bahwa 18% dari emisi gas rumah kaca dunia disumbangkan oleh industri peternakan, dan jumlah ini lebih besar jika dibandingkan dengan total seluruh alat transportasi dunia. Bersyukurlah bagi orang-orang yang telah atau memulai untuk belajar menjadi seorang vegetarian. Dapat diketahui, bahwa seorang vegetarian dengan standar diet orang Amerika akan dapat menghemat 1,5 ton emisi rumah kaca setiap tahunnya.